Langsung ke konten utama

LAPORAN Kromatografi Lapis Tipis Dan Kolom

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I



DISUSUN OLEH :
HEFTY JUWITA

(A1C117053)



DOSEN PENGAMPU :
 Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI 
2019


VII. DATA PENGAMATAN


7.1 Kromatografi Lapis Tipis


No
Sampel
Jarak Noda (cm)
Jarak Eluen (cm)
Rf
1.
Buah naga
3,9
4,8
0,8125
2.
Bayam
0,3
4,8
0,025
3.
Nanas
3,8
4,8
0,79166
4.
Bunga kertas
2,5
4,8
0,520
5.
Semangka
3,7
4,5
0,8222
6.
Wortel
3,9
4,5
0,8666
7.
Pepaya
3,8
4,5
0,8444
8.
Kentang
0
4,5
0
9.
Tomat
4,1
4,7
0,8723
10.
Bunga sepatu
4,0
4,7
0,8510








7.2 Kromatografi Kolom


No
Sampel
Banyak Botol
Warna
Hasil TLC
1.
Buah naga
6 botol
Bening semua
Tidak ada noda yang bergerak
2.
Bayam
4 botol
1 : bening
2 : hijau
3 : hijau pudar
4 : bening.
Noda tidak ada yang bergerak tetapi noda 1,2,3 terlihat berwarna kekuningan pada garis dibawah plat
3.
Nanas
3 botol
1 : bening
2 : kuning keruh
3 : bening.
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
4.
Bunga kertas
5 botol
1 : bening
2 : terdapat seperti    
     minyak
4 : bening
5 : bening.
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
5.
Semangka
3 botol
1 : bening
2 : keruh
3 : bening.
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
6.
wortel
3 botol
1 : bening
2 : kuning cerah
3 : bening.
Noda 1 dan 3 tampak berwarna krim pada garis bawah tetapi tidak bergerak
7.
pepaya
4 botol
1 : bening
2 : kekuningan
3 : bening
4 : bening.
Noda satu tak terjadi pergerakan apapun. Noda 2 dan 4 tampak noda krim pada garis bawah dan pada noda 3 bergerak naik dengan warna krim
8.
Kentang
4 botol
1 : bening
2 : kuning keruh
3 : bening
4 : bening.
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
9.
Tomat
3 botol
1 : bening
2 : kemerahan
3 : bening.
Pada noda ketiga berwarna abu-abu dan bergerak naik ke atas
10.
Bunga sepatu
4 botol
1 : bening
2 : keruh
3 : keruh
4 : keruh pudar.
Noda tidak tampak dan tidak bergerak


  
VIII. PEMBAHASAN

            Pada percobaan ini, praktikan melakukan pemisahan terhadap suatu campuran dengan 
menggunakan teknik kromatografi. Kromatografi merupakan suatu teknik analisis yang sering 
digunakan untuk memisahkan suatu campuran zat menjadi komponen penyusunnya. Selanjutnya 
komponen-komponen penyusun campuran tersebut dapat dianalisis lebih lanjut secara menyeluruh
(http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Kromatografi yang digunakan oleh praktikan pada percobaan ini yaitu kromatografi lapis tipis dan 
kromatografi kolom.
            Sedangkan untuk bahan, praktikan menyiapkan 10 ekstrak dari berbagai sampel diantaranya: 
buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka, wortel, pepaya, kentang, tomat, dan bunga 
kembang sepatu. Langkah yang praktikan lakukan untuk menyiapkan ekstrak dari sampel yang
pertama sampel digerus atau dihaluskan. Lalu sampel yang sudah dihaluskan diambil air atau patinya 
dengan memeras sampel tersebut. Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes metanol kedalam air 
ekstrak sehingga ekstrak sedikit kental dan siap untuk digunakan pada percobaan.

8.1 Kromatografi Lapis Tipis
        Pada kromatografi lapis tipis, langkah pertama yang praktikan lakukan adalah menyiapkan 
plat TLC. Plat TLC yang digunakan dipotong dengan ukuran 5x3 cm. Lalu pada plat TLC tadi dibuat 
garis batas atas dan batas bawahnya dengan menggunakan pensil, dimana jarak dari batas ke tepi plat 
adalah sebesar 0,5 cm. Selanjutnya praktikan menyiapkan eluen yang akan digunakan dengan 
menggunakan chamber. Chamber berfungsi sebagai wadah bagi eluen dan plat TLC pada saat 
kromatografi berlangsung. Praktikan menyiapkan eluen dengan cara mencampurkan n-heksan dan 
etil asetat dengan perbandingan 2 :1 didalam chamber. Selanjutnya eluen dijenuhkan dengan 
menggunakan kertas saring. Chamber dijaga agar selalu dalam kondisi tertutup untuk mencegah 
masuknya zat asing serta keluarnya eluen yang mudah menguap sehingga tidak mempengaruhi
hasil kromatografi. Selanjutnya, praktikan menotolkan sampel diatas plat TLC dengan menggunakan 
pipa kapiler. Dalam prakteknya, praktikan menggunakan 3 buah plat TLC dimana plat pertama berisi 
4 sampel yaitu buah naga, bayam, nanas, dan bunga kertas. Plat kedua berisi 4 sampel yaitu 
semangka, wortel, pepaya, dan kentang. Dan plat ketiga berisi 2 sampel yaitu tomat dan bunga 
kembang sepatu. Langkah selanjutnya yaitu plat yang sudah ditotolkan dengan sampel dimasukkan 
kedalam chamber yang berisi eluen dengan tujuan untuk melihat pergerakan sampel dan kesesuaian 
antara sampel dengan eluen yang ditandai dengan pergerakan sampel pada plat TLC berupa noda-
noda. Dijaga agar eluen tidak sampai melewati batas bawah yang sudah disiapkan pada plat TLC. 
Ketika pelarut sudah naik hingga hampir mencapai batas atas pada plat TLC, plat diangkat lalu 
disinari dengan sinar UV untuk melihat berkas noda yang terbentuk pada plat TLC. Noda yang 
tampak ditandai dengan menggunakan pensil, lalu selanjutnya diukur jarak noda dan dihitung nilai 
RF nya.
       Untuk plat pertama, didapatkan jarak tempuh dari pelarutnya yaitu 4,8 cm. Sementara untuk 
jarak tempuh dari sampelnya yaitu : buah naga 3,9 cm; bayam 0,3 cm; nanas 3,8 cm; dan bunga 
kertas 2,5 cm. Dengan data tersebut praktikan dapat menentukan Rf dari masing-masing sampel 
dengan cara membagi jarak yang ditempuh sampel dengan jarak yang ditempuh pelarut. Berdasarkan 
perhitungan didapatkan data : 0,8125 untuk sampel buah naga; 0,0625 untuk sampel bayam; 0,79167 
untuk sampel nanas dan 0,52083 untuk sampel bunga kertas. Setelah praktikan membandingkan nilai 
Rf dari setiap sampel, praktikan mengetahui bahwa pergerakan paling besar diperoleh dari sampel 
buah naga sedangkan pergerakan yang paling kecil diperoleh dari sampel bayam. Dan dari data 
tersebut praktikan mengetahui bahwa eluen dan sampel yang digunakan memiliki kecocokan. Hal itu 
dikarenakan semua sampel melakukan pergerakan meskipun dengan besar jarak yang berbeda-beda.
       Sedangkan untuk plat kedua, didapatkan jarak tempuh dari pelarutnya yaitu 4,5 cm. 
Sementara untuk jarak tempuh dari sampelnya yaitu : semangka 3,7 cm; wortel 3,9 cm; pepaya 3,8 
cm; dan kentang 0 cm karena kentang tidak melakukan pergerakan. Dengan data tersebut praktikan 
dapat menentukan Rf dari masing-masing sampel dengan cara membagi jarak yang ditempuh sampel 
dengan jarak yang ditempuh pelarut. Berdasarkan perhitungan didapatkan data : 0,822 untuk sampel 
semangka; 0,867 untuk sampel wortel; 0,844 untuk sampel pepaya dan 0 untuk sampel kentang. 
Setelah praktikan membandingkan nilai Rf dari setiap sampel, praktikan mengetahui bahwa 
pergerakan paling besar diperoleh dari sampel wortel sedangkan pergerakan yang paling kecil 
diperoleh dari sampel semangka. Dan dari data tersebut praktikan mengetahui bahwa eluen dan 
sampel yang digunakan memiliki kecocokan untuk sampel buah semangka, wortel dan pepaya. Hal 
itu dikarenakan sampel melakukan pergerakan meskipun dengan besar jarak yang berbeda-beda. 
Sedangkan untuk sampel kentang, tidak terjadi kecocokan antara eluen dengan sampel yang 
membuat sampel tidak bergerak.
       Dan untuk plat tiga, didapatkan jarak tempuh dari pelarutnya yaitu 4,7 cm. Sementara untuk 
jarak tempuh dari sampelnya yaitu : tomat 4,1 cm dan bunga kembang sepatu 4 cm. Dengan data 
tersebut praktikan dapat menentukan Rf dari masing-masing sampel dengan cara membagi jarak 
yang ditempuh sampel dengan jarak yang ditempuh pelarut. Berdasarkan perhitungan didapatkan 
data : 0,8723 untuk sampel tomat dan 0,8510 untuk sampel bunga kembang sepatu. Setelah praktikan
membandingkan nilai Rf dari setiap sampel, praktikan mengetahui bahwa pergerakan paling besar 
diperoleh dari sampel tomat sedangkan pergerakan yang paling kecil diperoleh dari sampel bunga 
kembang sepatu. Dan dari data tersebut praktikan mengetahui bahwa eluen dan sampel yang 
digunakan memiliki kecocokan. Hal itu dikarenakan semua sampel melakukan pergerakan meskipun 
dengan besar jarak yang berbeda-beda.


8.2 Kromatografi Kolom
         Pada kromatografi kolom, langkah pertama yang praktikan lakukan adalah menyiapkan 
kolom. Kolom yang praktikan gunakan adalah pipet tetes. Pipet tetes tersebut disumbat dengan kapas 
pada bagian ujungnya untuk menahan silika gel didalam pipet tetes agar tidak turun kebawah. 
Selanjutnya diteteskan n-heksan kedalam pipet tetes untuk membersihkan pipet tetes dari pengotor 
atau zat lain yang dapat mempengaruhi hasil kromatografi. Selanjutnya praktikan menyiapkan silika 
gel yang akan dimasukkan kedalam pipet tetes. Silika gel dicampurkan dengan n-heksan lalu 
dimasukkan secara perlahan-lahan kedalam pipet tetes. setiap penambahan campuran silika gel ke 
dalam pipet tetes, kolom diketuk-ketuk atau digoyang dengan tujuan untuk memadatkan silika gel 
yang terdapat dalam pipet tetes. Perlakuan ini memadatkan silika gel didalam kolom disebut juga 
dengan impreknasi. Lalu praktikan menyiapkan sampel yang akan digunakan dengan mencampurkan 
beberapa tetes sampel dengan silika gel dengan tujuan untuk mengikat sampel pada silika gel 
sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Selanjutnya, sampel yang sudah disiapkan tadi dimasukkan 
kedalam kolom dan sedikit ditekan untuk memadatkan dan meratakan sampel. Lalu dilakukan proses 
kromatografi yang paling puncak yaitu memasukkan pelarut dan selanjutnya dialirkan dengan tujuan 
untuk menurunkan sampel. Pelarut yang turun tadi ditampung untuk dianalisis lebih lanjut dengan 
menggunakan TLC. 

a) Buah Naga
                Untuk sampel buah naga, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil 
asetat dengan perbandingan 8 : 1 dan  hasil yang didapatkan yaitu sampel tidak turun. Selanjutnya 
praktikan mengganti perbandingan komposisi dari pelarut yang digunakan yaitu sebesar 16 : 2, dan 
didapatkan hasil yaitu sampel mulai turun dan praktikan menggunakan  perbandingan komposisi ini 
sebanyak dua kali. Lalu praktikan mengganti lagi perbandingan komposisi dari pelarut yaitu sebesar 
15 : 2, dan didapatkan hasil yaitu sampel turun namun tidak semuanya. Pelarut yang ditampung 
didapatkan sebanyak 5 botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium 
foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, 
kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC untuk tiap botol 
menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 2. Hasil yang didapatkan dari 
proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan tidak menghasilkan 
warna, yang mengalami pergerakan hanya crudenya saja.

b) Bayam
              Untuk sampel bayam, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat 
dengan perbandingan 5 : 10 dan  hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung 
didapatkan sebanyak 5 botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium 
foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya,
kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol 
menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 2. Hasil yang didapatkan dari 
proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan tidak menghasilkan 
warna, namun ketika disinari dengan sinar UV pada totolan 1, 2 dan 3 terlihat warna krim.
        


c) Nanas
                Untuk sampel buah nanas, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil 
asetat dengan perbandingan 3 : 1 dan  hasil yang didapatkan yaitu sampel turun karena silika yang 
digunakan pecah. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel turun pada 
pelarut dibotol kedua yang menyebabkan warna pelarut didalam botol menjadi kuning atau keruh.
Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu 
didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol 
ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut 
n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2 :1. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu 
kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan tidak menghasilkan warna.
       


d) Bunga Kertas
              Untuk sampel bunga kertas, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut kloroform murni  
dan  hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 5 botol, 
dimana sampel turun pada botol kedua dan ketiga yang ditandai dengan warna pelarut yang keruh 
sperti berminyak. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang 
dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap 
botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut 
metanol 100%. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu semua noda yang ditotolkan dari tiap 
botol dan crude bergerak. Selain itu crude berwarna ungu dan yanglain berwarna krim.
       


e) Semangka
                Untuk sampel semangka, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil 
asetat dengan perbandingan 3 : 2 dan  hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang 
ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel mulai turun pada botol pertama dan pada 
botol kedua telah turun semuanya yang ditandai dengan warna kuning pudar pada botol tersebut. 
Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu 
didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol 
ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut 
n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu 
kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan, namun crude mengalami pergerakan
sampai keujung atas dan timbul warna kuning ketika disinari dengan sinar UV.
       


f) Wortel
               Untuk sampel wortel, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat 
dengan perbandingan 3 : 2 dan  hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung 
didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel mulai turun pada botol pertama dan botol kedua telah 
turun semuanya. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang 
dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap
botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut 
n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu 
kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan. Yang bergerak hanya crudenya saja dan 
timbul warna kuning pada noda crude serta warna krim pada totolan dari botol 1 dan 3 ketika disinari 
dengan sinar UV
 


 g) Pepaya
             Untuk sampel pepaya, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat 
dengan perbandingan 3 : 2 dan  hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung 
didapatkan sebanyak 4 botol, dimana sampel mulai turun pada botol pertama dan pada botol kedua 
sampel telah turun semuanya yang ditandai dengan warna kuning atau  keruh pada botol. Pelarut 
yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan 
selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 
tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat 
dengan perbandingan 3 : 2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap 
botol tidak mengalami pergerakan, yang mengalami pergerakan hanya crude. Ketika disinari dengan 
sinar UV, terlihat pada noda crude warna oren pudar dan pada totolan ke 2, 3 dan 4 berwarna krim 
pudar.
       


h) Kentang
             Untuk sampel kentang, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut kloroform dan metanol 
dengan perbandingan 3 : 1 dan  hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung 
didapatkan sebanyak 4 botol, dimana sampel mulai turun pada botol kedua yang ditandai dengan 
warna kuning atau  keruh pada botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan 
aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. 
Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap 
botol menggunakan pelarut kloroform dan metanol dengan perbandingan 2 : 1. Hasil yang 
didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan 
ketika disinari dengan sinar UV, terlihat pada noda crude warna abu-abu.
       


i) Tomat
                Untuk sampel tomat, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat 
dengan perbandingan 3 : 1 dan  hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung 
didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel mulai turun pada botol pertama dan pada botol kedua 
sampel telah turun semuanya yang ditandai dengan warna kemerahan pada botol. Pelarut yang
terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan 
selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 
tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat 
dengan perbandingan 3 : 2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu hanya totolan dari botol 
ketiga mengalami pergerakan dan ketika disinari dengan sinar UV, terlihat pada noda dari totolan 
ketiga yaitu warna abu-abu.
       


j) Bunga Kembang Sepatu
                   Untuk sampel bunga kembang sepatu, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut 
n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 1 dan  hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. 
Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel mulai turun pada botol kedua 
dan pada botol ketiga sampel telah turun semuanya yang ditandai dengan warna kuning pudar pada 
botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi,
lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol 
ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut 
n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu 
kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan ketika disinari dengan sinar UV, 
terlihat pada noda crude warna krim pudar.
        Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kesesuain antara sampel 
dan eluen sangat penting dalam proses kromatografi dimana jika sampel dan eluen mengalami 
kecocokan maka sampel akan cepat untuk turun kebawah, sedangkan jika sampel dan eluen tidak 
mengalami kecocokan akan membuat sampel lama untuk turun kebawah sehingga menyebabkan 
eluen yang dibutuhkan sangat banyak dan waktu untuk turun melewati silika gel yang lama.


IX. PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM

1. Apa tujuan digunakannya silika gel pada percobaan ini ?
 
2. Mengapa penotolan pada plat harus dilakukan sekecil mungkin ?
 
3. Mengapa ujung pipet disumbat dengan kapas ?
 

X. KESIMPULAN


    Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu :

1. Prinsip dasar dari pemisahan dengan kromatografi yaitu berdasarkan pada perbedaan afinitas atau
    gaya adhesi dari setiap analit terhadap fasa diam dan fasa gerak sehingga komponen penyusun dari
    suatu campuran dapat memisah.


2. Kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu kromatografi lapis tipis, kromatografi cair,
    kromatografi gas, kromatografi ion dan kromatografi afinitas.



3. Afinitas analit dapat ditentukan dengan membandingkan daya adsorpsinya terhadap fasa diam dan
    kelarutan analit terhadap fasa gerak. Dapat kita ketahui dimana semakin kuat adsorpsi
    analit terhadap fasa diam serta kelarutannya yang kecil terhadap fasa gerak, maka waktu
    tinggalnya didalam kolom akan lebih lama dibandingkan dengan analit yang memiliki daya 
    adsorpsi lemah terhadap fasa diam serta kelarutan yang tinggi pada fasa gerak.
 


XI. DAFTAR PUSTAKA

Denikrisna. 2010. Kromatografi. https://denikrisna.wordpress.com/category/bakul/kromatografi/
 
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/  diakses
          tanggal 10 April

Ismiarni. 2012. Kromatografi (Dasar). http://alamlearning.blogspot.com/search/label/%20chromatography

Soebagio, dkk. 2010. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri  Malang 

Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Pratikum Kimia  Orgaik 1. Jambi : Universitas Jambi

 
XII. LAMPIRAN GAMBAR


 
Penyiapan Ekstrak 
dari 10 Sampel



 
Proses TLC Berlangsung



 
Proses Impreknasi Berlangsung 



 
Penyiapan Kolom



 
Proses Kromatografi Kolom dengan 
Sampel Ekstrak Buah Naga

Komentar

  1. Saya mirnawati (013), saya akan menjawab permasalahan no 1. Silika gel digunakan sebagai fase diam karena silika gel memiliki pori-pori dan tidak mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa organik pada kolom.

    BalasHapus
  2. saya ika ermayanti nim 031 saya akan menjawab nomor 3 hal ini di karenakan kapas memiliki kemampuan menyaring dan menahan penyerap

    BalasHapus
  3. Saya Febry (073) akan menjawan pertanyaan nomor 2 yaitu agar noda yang tercipta lebih terfokus dan tajam.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN Kalibrasi Termometer dan Penentuan Titik Leleh

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I DISUSUN OLEH : HEFTY JUWITA (A1C117053) DOSEN PENGAMPU :  Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI   2019 VII. DATA PENGAMATAN 7.1 Kalibrasi Termometer NO. PERLAKUAN HASIL 1. Dimasukkan termometer kedalam labu erlemeyer yang telah diisi dengan air dan batu es serta disumbat dengan penyumbat agar terisolasi dari udara luar. Skala termometer tersebut turun ke 0 drajat celcius. 2. Dimasukkan termometer kedalam labu erlenmeyer yang diisi aquades serta disumbat dan dilakukan pemanasan. Skala termometer naik ke 100 drajat celcius, dimana suhu konstan. 7.2 Penentuan Titik Leleh NO. Campuran Dua Senyawa Titik Leleh (°c) 1:1 1:0.5

LAPORAN Pembuatan Aseton

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I DISUSUN OLEH : HEFTY JUWITA (A1C117053) DOSEN PENGAMPU :  Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI   2019 VII. DATA PENGAMATAN 7.1    Sintesis Aseton dengan Kalium Permanganat No Perlakuan Hasil Pengamatan 1. 8 ml aquades ditambah dengan 26 ml 2-propanol dan 12 ml asam sulfat pekat. Larutannya larut, warnanya bening dan terasa panas dengan suhu ± 50 ˚C. 2. Larutan tadi dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambah dengan 16 gram kristal KMnO4. Warna larutan berwarna ungu, seperti mendidih. Ketika didiamkan berubah warna menjadi coklat pekat. 3. Dimasukkan baru didih dan dilakukan destilasi pada suhu 75˚C – 80˚C. Didapatkan tetesan pertama

LAPORAN Reaksi-Reaksi Aldehida Dan Keton

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I DISUSUN OLEH : HEFTY JUWITA (A1C117053) DOSEN PENGAMPU :  Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI   2019 VII. DATA PENGAMATAN 7.1 Uji cermin kaca, Tollens No. Perlakuan Pengamatan 1. Dimasukkan pereaksi ke dalam 4 tabung reaksi 2. Diuji pada formalin, benzaldehid, aseton, sikloheksanon dengan menambahkan 2 tetes bahan tersebut. ·          Pada formalin ketika dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pereaksi tollens terbentuknya cermin kaca. ·          Pada benzaldehid ketika dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pereaksi tollens tidak terjadi apa-apa dan tidak terbentuk cermin kaca. Lalu dipanaskan, setelah dilakukan pemanasan selama 5 me